-->

Penyanyi Legendaris Dunia Cat Stevens (Yusuf Islam) Mengikuti Jalan Sufi

The Boston Globe menulis tentang penyanyi Yusuf Islam (Cat Stevens sebelumnya) hari ini. Yusuf telah di roll sedikit akhir-akhir ini, dengan keluar album baru (Atlantic Records) dan tampil di sebuah confereence PBB bulan lalu. wartawan tidak menghindar dari membawa Facebook beberapa kontroversi:

"Tapi resume kemanusiaan Yusuf tidak bercacat Masyarakat begitu marah ketika ia membuat komentar di akhir 1980-an yang tampaknya untuk mendukung fatwa Ayatollah Khomeini menyerukan kematian penulis Salman Rushdie; Yusuf telah lama menyangkal ini, mengklaim bahwa dia hanya menyatakan .. posisi Al-Qur'an Pada tahun 2000 Yusuf ditolak masuk ke Israel karena diduga membuat sumbangan untuk Hamas Empat tahun kemudian, ia sedang dalam perjalanan ke Amerika Serikat ketika namanya muncul di no-fly list, pesawat dialihkan ke Maine dan Yusuf terpaksa kembali ke Inggris Sebuah media pun terjadi keributan,. dan Yusuf berhasil menggugat beberapa surat kabar Inggris pencemaran nama baik. "

Menurut wartawan Inggris Farrukh Dondy, tidak ada "mungkin" Yusuf tentang dukungan terhadap fatwa tersebut. Dondy sendiri terancam oleh Yusuf di TV, saat ia menceritakan pada kami Islam Kelima Kolom:

" Dalam minggu pertama fatwa terhadap Rushdie dan bukunya, saya muncul di televisi panel antara panelis Muslim, yang semuanya disukai mengutuk buku ini, ada dua fanatik:. Yang Kalim Siddiqui yang sama, dan Yusuf Islam, Muslim mengkonversi penyanyi pop asal Siprus Yunani sebelumnya dikenal sebagai Cat Stevens. Moderator bertanya apakah, dalam peran saya sebagai editor commissioning Channel 4 Inggris, saya akan merenungkan balik The Satanic Verses menjadi film kataku. bahwa saya akan menilai manfaat sinematik naskah, dan bahwa tidak ada pertimbangan lain akan aturan itu keluar Kalim Siddiqui. dan Yusuf Islam geram, memperingatkan bahwa hukuman mati pada Rushdie akan berkembang ke semua orang yang diteruskan bukunya dengan cara apapun. " . "Kami semua datang dari London ke Manchester untuk merekam " diskusi " kata produser itu dengan saya saat itu ? Apakah aku merasa lebih nyaman jika dia mengubah hotel saya, jauh dari threateners dan rombongan mereka"

Perdebatan tentang koneksi Yusuf untuk Hamas dan Islam radikal terus berlanjut. Awal bulan ini, saya datang di diskusi di sebuah situs Muslim ( Yanabi.com, sebuah "Global Islamic Community Forum" ) tentang apakah Yusuf Islam adalah Wahabi / Salafi atau tidak.

“Salaamz, saya berbicara dengan sepupu saya tentang Yusuf Islam, saya memanggilnya wahabi suatu ketika saya dibombardir oleh semua orang di ruangan itu, mereka mengatakan bahwa Yusuf Islam adalah Sunni dan praktek tasawuf. Apakah ini benar ?
Sejak kapan dan Bagaimana ?
Wahabi School di London, adalah bahwa sekarang Sunni ? saya bingung. "

Nah, ada setidaknya satu orang yang menganggap Yusuf adalah Wahabi.
Dia bukan satu-satunya. Beberapa balasan di Yanabi.com:

"Bukan yusuf islam seorang murid dari Syekh Nazim ?"

"Ya, saya lebih dari Yusuf Islam tertentu Apakah murid dari Maulana Syaikh Nazim (master sufi) -. Aku berada di Siprus dengan beberapa murid-murid dari Nelson, Lancs, Maret lalu (2006) Beberapa murid-murid lokal mengatakan kepada kami Yusuf Islam yang tinggal di dergah dengan keluarganya selama beberapa hari, seminggu sebelum kami tiba Dia akan duduk dengan mehfil di malam hari dengan anak-anaknya dan membaca berbagai nasheeds setiap malam. Subhan-Allah!.! "

"Ya, Yusuf Islam adalah murid dari Syaikh Nazim jadi dia adalah Naqshbandi"

" Ya dia adalah Sunni dan bahkan setuju untuk menghadiri pertemuan Maulid dengan Minhaj ul quran di pakistan tapi menarik keluar menit terakhir karena sesuatu yang penting datang yang ia harus memilah-milah. Dia juga memiliki hubungan dengan sudani Bakir ba Syaikh yang adalah imam sekolah. "

"Bahkan jika dia adalah seorang 'Wahabi' itu tidak akan mengubah pekerjaan besar ia lakukan untuk Islam di Inggris dan menunjukkan dunia bahwa Islam tidak ekstrim dan kekerasan. Jadi, bahkan jika ia adalah seorang Wahabi itu tidak akan mengubah pendapat saya , tapi dia tidak begitu baik baginya. Ya dia adalah seorang pengikut jalan sufi Dia adalah duta besar Islam di Barat.. "

"Salaams. Kenyataannya tetap ia adalah seorang pria luar biasa yang melakukan pekerjaan luar biasa bagi kaum Muslim. Seorang guru Fisika saya mengidolakan Cat Stevens dan ia memiliki pandangan yang sangat positif tentang Islam hanya karena satu orang ini, dan datang pada, itu bukan sebagai jika kita sedang mendengarkan ceramah oleh Yusuf Islam atau apa. "

Sumber : http://misskelly.typepad.com/miss_kelly_/2007/01/yusif_islam_on_.html

ReadMore......

Salah Paham Dengan Dunia Sufi

Sementara kaum yang anti Tarekat Sufi merasa telah bercermin dengan benar, padahal mereka tidak mengetahui jika cermin yang digunakan itu adalah cermin yang buram, retak, dan cara bercermin yang keliru. Ketika mereka menuding orang lain, sesusungguhnya mereka sedang menuding diri sendiri.

Kata-kata yang muncul dari para Sufi sesungguhnya harus difahami menurut kesimpulan Bathiniyah dari kandung Al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya ketika seseorang mempraktikkan Ihsan, “Seakan-akan engkau melihat Allah, dan jika tidak melihatNya, Allah melihatmu” pastilah menimbulkan pantulan cahaya Ubudiyah yang agung dengan sesuai dengan kondisi psikholohis rohani masing-masinghamba Allah. Pantulan cahaya Ilahi inilah yang tidak boleh difahami oleh orang yang tidak pernah mengalami perjalaan rohani keimanan dan keihsanan.

Mukasyafah atau keterbukaan Rahsia Ilahi adalah Hak Allah yang diberikan kepada yang dikehendakiNya. “Allah berbuat sebagaimana yang dikehendakiNya.” Termasuk menghendaki hambaNya untuk mengetahui yang ghaib, Rahsia takdir, dan Rahsia alam semesta raya, baik yang fizik maupun yang metafizik.

Diantara Rahsia yang dianugerahkan oleh Allah kepada para Sufi adalah mengenal Rahsia huruf hijaiyah dalam Al-Qur’an. Sebab, hakikat huruf-huruf itu adalah Asma’ Allah, dipastikan memiliki hubungan korelatif dan apresiatif secara berkuasa dengan kehidupan hamba, alam semesta bumi langit seisinya, dan alam akhirat, bahkan Asma’, Sifat, Af’al dan DzatNya.

Mereka menuduh bahawa kaum Sufi menjauhi Qur’an dan Hadits, lalu mendahulukan mukasyafah. Ini tuduhan yang salah benar, kerana seluruh aspek Mukasyafah sesungguhnya merupakan penafsiran dari Al-Qur’an dan Sunnah itu sendiri. Setiap Mukasyafah harus ditimbang dengan Qur’an dan Sunnah, hal demikian sangat popular di kalangan Sufi. Kerana itu dalam dunia Sufi, sangat dibezakan mana yang bisikan Jin, Syaitan, Malaikat, Ilham, dan yang langsung dari Allah.
Ibnu Abbas ra, sendiri telah menegaskan bahawa dirinya diberi Ilmu oleh Allah Ta’ala, sebahagian boleh disebarkan (umum), dan sebahagian bila disebarkan justeru ia akan dikafirkan dan dibunuh oleh banyak orang. Ertinya, aspek Mukasyafah sangatlah individual, dan memang tidak boleh diungkapkan kecuali pada ahlinya atau orang tertentu yang relevan dengan manfaat dunia akhiratnya.

Mengenai Wihadatul Wujud, Hulul, Al-Faidl (ilmuniasi), sesungguhnya justeru tidak ada dalam dunia Sufi. Yang ada adalah Widatus Syuhud. Orang yang pertama kali mengatakan Wahdiatul Wujud adalah Ibnu Taymiyah yang memang anti dengan pengalaman Dunia Sufi. Ia menuduh Sufi itu Wahdiatul Wujud, sebuah tundingan yang jauh dari pengalaman rohani Sufistik. Kerana Wahdiatul Wujud sering diertikan dengan panteisme, sedang konsep Sufi tentang penyatuan hamba dan Allah jauh dari panteisme. Penyatuan itu bersifat rohani dan musyahadah (penyaksian mata hati, mata ruh dan mata Rahsia batin. Bukan wujud fizik. Hal demikian pun diurai secara lembut melalui kaedah-kaedah Sufi agar tidak menyimpang dari Tauhid, sebagaimana dijelaskan secara rinci oleh Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam kitab Al-Hikam.

Kalau kita membaca Al-Qur’an dengan pandangan kulitnya, formula dan penafsiran ayat belaka, maka kita pun ketika memahami wacana Sufi juga akan terjebak sedemikian rupa. Kerana itu dalam tradisi Sufi harus ada Mursyid Kamil Mukammil yang membimbing, agar mereka tidak terkena ghurur (tipudaya) dalam menempuh perjalanan menuju kepada Allah. Tidak begitu mudah orang memahami pandangan Ibnu Araby, Abu Yazid al-Bisthamy, Junaid al-Baghdady, Bisyr Al-Hafy, Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, Abdul Karim al-Jily, Al-Hallaj, maupun Abul Hasan asy-Syadzily.

Bagaimana anda boleh memahami erti tenggelam di lautan, sementara anda belum pernah tenggelam, dan hanya mendengarkan kisah tentang orang tenggelam saja?
Tiba-tiba anda sudah merasa tenggelam?

Mengenai akidah Sufi tentang Rasulullah, tentang para Wali, tentang Fir’aun dan Iblis, Syurga dan neraka, bahkan pengalaman-pengalaman para Sufi akan kita jawab secara bersambung di edisi berikutnya.

Tuduhan terhadap Dunia Wali
Mereka menuduh kaum Sufi, dengan suatu tundingan keliru. Diantara tundingan mereka yang kontra pada dunia Sufi, tentang Kewalian antara lain:
1. Sufi dituduh mengutamakan Wali daripada Nabi.
2. Para Wali dianggap sama dengan Allah dalam setiap sifatNya, bermula dari salah paham mereka mempersepsi tentang ragam dunia Wali dengan tugas-tugas rohani masing-masing, seakan-akan tugas itu menyamai tugas Allah.
3. Para Wali seperti memiliki dewan, majlis, berkumpul di gua Hira untuk menunggu takdir.

Tiga tundingan itulah yang membuat orang salah paham terhadap dunia Sufi.

JAWABAN :

Ummat Islam sepakat adanya para Auliya' atau kekasih-kekasih Allah. Bahkan mereka yang kontra terhadap dunia Tasawuf pun memiliki definisi khusus, menurut penafsiran rasmi mengenai para Wali ini, yang tentu saja berbeza jauh antara langit dan bumi dengan pemahaman kaum sufi.

1. Kaum Sufi tidak pernah menempatkan darjat para Wali lebih unggul dibanding para Nabi dan Rasul. Para Auliya adalah sebagai pewaris dan pemegang amanah Risalah setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Sebagai Khalifah dan sekaligus juga sebagai pewaris Nubuwwah. Jika, muncul ungkapan-ungkapan kehebatan para Auliya dalam kitab-kitab Tasawuf, sama sekali tidak ada satu pun kata atau isyarat yang menunjukkan keunggulan maqam Auliya' dibanding maqam Anbiya dan Rasul. Semata hanya ingin memperkenalkan jika para Auliya' diberi karomah (hal-hal yang di luar nalar akal rasional) oleh Allah swt, apalagi para Anbiya dan Mursalin.

2. Para Sufi yang diangkat darjatnya oleh Allah meraih maqam Kewalian atas KehendakNya, diberi anugerah, fadlal dan rahmatNya, menurut kehendakNya. Kesalahpamahan mereka yang kontra terhadap dunia Wali semacam ini bersumber pada fenomena karomah, fenomena hikmah-hikmah terdalam yang tidak boleh dipahami oleh mereka, kerana hanya merujuk pada teks Qur'an dan Hadits tanpa mengenal hakikat kedalaman dibalik ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah itu.

Apakah anda tega menyalahkan Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, Abul Hasan Asy-Syadzily, Hujjatul Islam al-Ghazaly, Ibnu Araby. Al-Bisthamy, Asy-Syibly, Junaid al-Bahgdady, para Imam Mazhab, yang sangat terkenal sebagai para Auliya' Allah, dan sama sekali mereka jauh dari persepsi anda tentang kewalian itu?

Padahal mereka adalah para penjaga Al-Qur'an dan as-Sunnah, para pelestari tradisi Syariat, Tarekat dan hakikat Risalah Nabi besar Muhammad SAW.

Jadi jika ada Istilah Abdal sebagaimana juga pernah disebut oleh Nabi Muhammad SAW, tentu saja, tidak gampang memahami tugas-tugas para Wali itu. Sedangkan siapa pun dalam menjelajah dunia rohani, metafizika, dunia hakikat sentiasa justeru akan diolah (tersesat) sepanjang perjalanannya tidak dibimbing oleh Wali yang Mursyid, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: "Siapa yang sesat (jalan menuju kepada Allah) maka ia tidak akan pernah menemukan Wali yang Mursyid".

Kriteria Wali Mursyid tentu tidak sesederhana yang mereka pahami. Kata Iman dan Taqwa saja, sangat berlapis-lapis kedalamannya, dan beragam pula wilayah implementasinya dalam dunia jiwa para hamba Allah. Apakah sebegitu mudah orang mengaku menjadi Wali Allah, hanya kerana merasa beriman dan merasa bertaqwa dan bahkan mengaku merasa dirinya beramal soleh?

Sedangkan tahap agar hamba Allah boleh bebas dari rasa takut dan gelisah saja sulitnya bukan main. Gelisah terhadap cubaan dunia dan cubaan akhirat, takut terhadap fitnah dunia dan siksa akhirat, pun manusia akan sulit membebaskan psikhologinya. Padahal para Wali itu tidak pernah takut dan tidak pernah susah, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an.

Inilah yang dipresentasikan dunia Tasawuf sebagai tradisi ilmu-ilmu Islam bidang hakikat, yang juga boleh difahami manaka melalui pendekatan hakikat pula, dengan logika bathiniyah yang suci. Sebab wilayah hakikat bukanlah wilayah rasional ujian, juga bukan wilayah inderawi. Itu pun harus dalam bimbingan mereka yang telah meraih kesempurnaan hakikat sebagai Insan Kamil.

Kerana itu Ibnu Araby, membagi komuniti para auliya’ menurut komuniti kebajikan yang disebut dalam berbagai ayat Al-Qur'an, semisal, komuniti Sholihun, Muhsinun, Shobirun, Syakirun, Dzakirun, Mujahidun, Muttaqun, 'Aminun, Mukhlishin, Mukhlashin, 'Abidun, dan ratusan komuniti Sholeh disana yang tentu saja, merupakan kelayakan moral yang begitu dalam. Jika Allah menyebutkan suatu kelompok moral, dengan menggunakan istilah tertentu, pasti memilki Rahsia tertentu pula. Kata Robb, beza dengan kata Ilah, beza lagi dengan penyebutan yang menggunakan Sifat dan Asma' sepetri Al-Khaliq, Al-Bari', al-Mushowwir, misalnya.

Munculnya istilah Ghauts, Quthub, Abdal, Nuqaba', Nujaba', tentu memiliki dasar-dasar yang tersirat dalam Al-Qur'an dan Sunnah, dan tugas-tugas amanah kewaliyan mereka tentu Allah sendiri Yang Maha Tahu, yang dengan KemahakuasaanNya, dan Irodah MutlakNya, memberikan wewenang dan tugas khusus. Dan semua tugas itu juga dalam rangka meneruskan amanah Rasul SAW.

3. Soal adanya dewan para Wali, sesungguhnya juga tidak boleh disamakan sebagaimana kita memahami majlis sosial politik, dengan dewan pimpinan tertentu itu, dengan cara pemilihan ketua dewan atau ketua organisasi. Bahawa dalam dunia Kewalian ada hirarki struktur secara rohani, pasti sangat berbeza hirarki strukturalnya dengan dunia sosial manusiaw. Kalau suatu saat memang ada tugas bermajlis di gua Hira', itu bukan suatu tugas yang boleh dinilai sebagaimana berkumpulnya sebuah majlis PBB atau lainnya. Namun, kerana tugas kasuistis, menyangkut perkara moralitas ummat manusia di dunia, bahkan yang hidup maupun yang sudah mati, yang begitu tampak jelas dalam Alam Mukasyafah mereka, melalui Nur Ilahi.

Tetapi wajar jika anda mempersoalkan, adanya kelompok tertentu yang mengaku dewan para wali, lalu membuat pertemuan alam ghaib, lalu mereka merasa sebagai para wali, padahal tidak lebih dari sebuah tipudaya alam Jin dan Iblis, boleh saja demikian. Kerana Iblis dan Syaitan pun punya kelompok tandingan Wali yang disebut dalam Al-Qur'an "Auliya' as-Syayathin". Atau para Wali Syaitan, yang seringkali menggunakan jubah agama. Mereka berjubah, tapi penuh dengan kebusukan, ketakaburan, riya' dan 'ujub, hubbud dunya (cinta dunia), penghamba nafsu dan takut mati.

Namun alangkah piciknya kita kalau memahami dunia Wali dari sekadar gelombang sosial ummat atau dari fenomena keagamaan (khususnya di bidang bathiniyah), lalu anda membuat kesimpulan gradual, kesimpulan salah kaprah, sebagaimana para orientalis dan pengamat Sufi yang lebih banyak salah kaprahnya dalam memaknai istilah dan terminologi Sufi itu sendiri. Wallahul Muwaffiq ila Aqwamith Thoriq, wallahu A'lam bish-Showab.
http://jalansufi.com/laman-utama/salah-faham-terhadap-dunia-sufi

ReadMore......

Aroma Kemenyan Disukai Nabi

Sering kali kita jumpai pembakaran kemenyan di tempat-tempat tertentu (misalnya makam para wali). Dan juga sering dijumpai pada acara-acara tertentu (seperti doa sedekah bumi) yang dilakukan secara islami dengan menggunakan bahasa Arab. Bagi sebagian warga bau kemenyan diidentikan dengan pemanggilan roh, dan sebagian yang lain menganggapnya sebagai pengharum ruangan, dan ada pula yang merasa terganggu dengan bau kemenyan. Bagaimanakah sebenarnya hukum menggunkan kemenyan? Baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat maupun dalam urusan beribadah?

Mengharumkan ruangan dengan membakar kemenyan, dupa, mustiki, setinggi kayu gaharu yang mampu membawa ketenangan suasana adalah suatu hal yang baik. Karena hal ini itba’ dengan Rasulullah saw. beliau sendiri sangat menyukai wangi-wangian, baik minyak wangi, bunga-bungaan ataupun pembakaran dupa. Hal ini turun temurun diwariskan oleh beliau kepada sahabat dan tabi’in. Hingga sekarang banyak sekali penjual minyak wangi dan juga kayu gaharu, serta dupa-dupaan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Beberapa hadits menerangkan tindakan sahabat yang menunjukkan kegemaran mereka terhadap wangi-wangian hal ini ditunjukkan dengan hadits:

اذا جمرتم الميت فأوتروا

Artinya: Apabila kamu mengukup mayyit, maka ganjilkanlah (HR. Ibnu Hibban dan Alhakim)

Addailami juga menerangkan

جمروا كفن الميت

Artinya: Ukuplah olehmu kafan maayit

Dan Ahmad juga meriwayatkan:

اذا اجمرتم الميت فاجمرواه ثلاثا

Artinya: Apabila kamu mengukup mayyit, maka ukuplah tiga kali

Bahkan beberapa sahabat berwasiat agar kain kafan mereka diukup

أوصى أبوسعيد وابن عمر وابن عباس رضي الله عنهم ان تجمر اكفنهم بالعود

Artinya: Abu Said, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas ra. Berwasiat agar kain-kain kafan mereka diukup dengan kayu gaharu

Bahkan Rasulullah saw. pernah bersabda

جنبوا مساجدكم صبيانكم وخصومتكم وحدودكم وشراءكم وبيعكم جمروها يوم جمعكم واجعلوا على ابوابها مطاهركم (رواه الطبرانى)

Artinya; Jauhkanlah masjid-masjid kamu dari anak-anak kamu, dari pertengkaran kamu, pendarahan kamu dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci. (HR. Al-Thabrani).

Hadits-hadits di atas sebenarnya menunjukkan betapa wangi-wangian adalah sesuatu yang telah mentradisi di zaman Rasulullah saw dan juga para sahabat. Hanya saja media wangi-wangian itu bergeser bersamaan dengan perkembangan zaman dan teknlogi. Sehingga saat ini kita merasa aneh dengan wangi kemenyan dan dupa. Padahal keduanya merupakan pengharum ruangan andalan pada masanya.

Di satu sisi persinggungan dengan dunia pasar yang semakin bebas menyebabkan selera ‘wangi’ jadi bergeser. Yang harum dan yang wangi kini seolah hanya terdapat dalam parfum, bay fress dan fress room. Sedangkan bau kemenyan dan dupa malah diidentikkan dengan dunia klenik dan perdukunan.

Sumber : http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/10/27222/Ubudiyyah/Bau_Kemenyan_Disukai_Nabi.html

ReadMore......

Bertawassul kepada Orang yang telah Berpulang ke Rahmatullah

Kembali pada keyakinan kita, bahwa ketika seseorang mati maka yang rusak dan hancul adalah badannya atau jasadnya, sedang rohnya tetap hidup dan tidak mati. Sebab, mereka itu berada di alam barzah. Mereka telah putus segala amal perbuatan mereka untuk diri mereka sendiri. Dalam kitab Shahih Muslim juz II disebutkan;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: اِذَامَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مَنْ ثَلاَثٍ اِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْلَهُ.

“Apabila manusia telah mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali tiga; kecuali dari shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at atau anak shaleh yang mendo’akan.” (HR Muslim)

Hadits semacam ini juga termaktub dalam Sunan Tirmidzi juz III, dalam Sunan Abu Dawud juz III dan dalam Sunanu Nasa’i juz VI. Hadits di atas menjelaskan bahwa apabila manusia telah meninggal dunia itu putus segala amalnya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain, misalnya ahli kubur mendo’akan orang yang di dunia tidak ada keterangan yang melarang.Adanya salam yang disampaikan Rasulullah SAW setiap melewati kubur, menunjukkan bahwa ahli kubur menjawab salam yang kita ucapkan. Dalam riwayat Imam Tirmidzi dalam Sunannya, juz III, Rasulullah SAW bersabda;

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَاأَهْلَ اْلقُبُوْرِ يَغْفِرُاللهُ لَنَا وَلَكُمْ وَأَنْتُمْ سَلَفُنَا وَنَحْنُ بِاْلأَثَرِ

“Keselamatan atas engkau wahai ahli kubur, mudah-mudahan Allah mengampuni kami dan mengampuni kalian, kalian pendahulu kami dan kami mengikuti jejak kalian.” (HR Tirmidzi)

Tentu salam Rasulullah SAW dijawab oleh ahli kubur dan juga salam kita dijawab; "Mudah-mudahan keselamatan bagi engkau wahai orang yang masih hidup di dunia." Adapun do’a ahli kubur kepada kita diterima atau tidak, itu adalah urusan Allah.

Mendo’akan orang tua, kemudian orang tua di alam barzah mendo’akan kepada yang berdo’a agar selamat, hal ini tidak ada larangan dalam agama. Baik orang yang berdo’a maupun ahli kubur seluruhnya memohon kepada Allah. Perlu diingat bahwa bagi yang berdo’a di dunia, itu tidak meminta kepada ahli kubur, karena diyakini bahwa mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bisa memberikan apa-apa.

Bertawassul dengan ahli kubur artinya agar ahli kubur bersama-sama dengan pendo’a memohon kepada Allah. Seperti ketika berdiri di depan kuburan Rasulullah SAW mengucapkan salam. Di beberapa hadits, Rasulullah menjawab salam orang yang menyampaikan salam kepada beliau.

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَارَسُوْلَ اللهِ

Bisa diambil pengertian bahwa Rasulullah SAW di dalam kubur juga mendo’akan para pemberi salam atau yang bertawassul.

KH A Nuril Huda
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Sumber : http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/10/9744/Ubudiyyah/Bertawassul_dengan_Orang_yang_Sudah_Mati.html

ReadMore......

Pertaubatan Seorang Pembunuh

“Jangan pernah mengira bahwa engkaulah yang memperbaiki dirimu. Taubatmu adalah rahmat dari Allah. Demikian pula kemampuanmu untuk menindaklanjuti taubat itu.”

PERNAH pada suatu ketika, ada seorang penjahat kejam yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Suatu hari, dia mendatangi seorang guru agama dan mengatakan bahwa dia ingin mengubah hidupnya, sebagai taubat atas segala kesalahannya. Guru itu menjawab bahwa ia sudah tidak mungkin lagi diampuni karena dosanya sudah ‘keterlaluan’. Dengan sangat marah penjahat itu mengatakan, kalau memang dosanya tidak bisa diampuni, ia sekalian saja membunuh guru itu. Dan ditebasnyalah leher guru agama itu.

Tidak lama kemudian, penjahat itu berpapasan dengan seorang bijak, seorang ulama yang telah benar-benar menyerap dan mengamalkan segala yang diajarkannya. Kepada orang bijak itu dia bertanya, apakah ia masih bisa diampuni walaupun telah membunuh seratus orang tak bersalah. Sang ulama bijak ini menjawab bahwa Allah pasti mengampuni orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh ikhlas. Ia juga menambahkan sebuah nasihat kepada si penjahat, bahwa ia harus pergi dari kampungnya yang penuh dengan perampok dan penjahat. Ia harus pindah ke sebuah kota kecil tak jauh dari sana, yang di sana merupakan tempat tinggal banyak orang jujur dan lurus. Teman yang baik membawa kita pada akhlak yang baik, sedangkan teman yang buruk akan membawa kita pada dosa.Penjahat itu pun pulang, membereskan barang-barangnya, lalu berangkatlah ia ke kota tempat tinggal orang-orang lurus itu. Hanya saja, baru beberapa langkah ia meninggalkan kota, saat kematiannya pun tiba, sehingga malaikat maut pun mencabut nafs-nya. Seiring dengan kejatuhan jasadnya ke tanah, datanglah malaikat-malaikat penjaga neraka untuk mengambil nafs-nya. Pada saat yang sama, malaikat-malaikat penjaga surga pun tiba, juga hendak mengambil nafs-nya. Para malaikat neraka berpendapat bahwa bandit itu telah membunuh seratus orang, sehingga nafs-nya harus dibawa ke neraka. Tetapi kelompok malaikat penjaga surga berpendapat bahwa bandit itu telah bertaubat dengan ikhlas, bahkan ia telah mengamalkan taubatnya menjadi perbuatan, dengan meninggalkan kampungnya menuju kota yang warganya jujur dan lurus.

Akhirnya, diutuslah malaikat Jibril a.s. untuk menghakimi perkara itu. Jibril a.s. bertanya kepada Allah tentang cara menyelesaikan persoalan ini, karena kedua belah pihak punya alasan yang kuat. Allah pun menurunkan sebuah alat ukur dari langit, dan memerintahkannya untuk memberi keputusan berdasarkan jarak jasad si penjahat ke kedua kota itu. Jika ia mati dalam kedaan lebih dekat kepada orang-orang baik, maka nafs-nya akan naik ke surga. Namun jika ia lebih dekat kepada orang-orang jahat, maka nafs-nya harus masuk neraka.

Para malaikat setuju untuk taat pada kehendak Allah, walaupun para malaikat penjaga surga merasa sedih karena harus kehilangan jiwa seorang manusia yang ingin bertaubat. Mayat penjahat itu hanya berjarak beberapa langkah dari desa para bandit. Jibril a.s. pun menggelar pengukurnya, dan menemukan bahwa mayatnya hanya berjarak dua langkah dari gerbang kampungnya. Ketika Jibril a.s. mengangkat alat ukur dan hendak menggelarnya ke arah kota tempat orang-orang baik, mendadak—karena kemahapengampunan Allah—dinding-dinding luar kota itu berdatangan mendekati mayat si penjahat, sehingga hanya berjarak kurang dari selangkah. Maka diserahkanlah nafs si penjahat yang bertaubat ke pemeliharaan para malaikat penjaga surga.

Buku Cinta Bagai AnggurSama dengan kita. Jika kau benar-benar ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan burukmu, gantilah teman-temanmu. Yang paling penting, mohonlah kepada Allah untuk mengubah dirimu. Jangan pernah mengira bahwa engkaulah yang memperbaiki dirimu. Taubatmu adalah rahmat dari Allah. Demikian pula kemampuanmu untuk menindaklanjuti taubat itu.(1) Dan, jika engkau ingin menjadi orang baik, carilah orang-orang yang baik. Jika engkau ingin mencintai Allah, tetaplah bersama orang-orang yang mencintai-Nya.***

(1) “Barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia akan mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak akan mampu menempuh jalan itu, kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q. S. Al-Insaan [76]: 29–30). Lihat juga, “Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus, kamu tidak akan dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan Semesta Alam.” (Q. S. At-Takwiir [81]: 28 –29). –Ed.

Dikutip dari buku Cinta Bagai Anggur bab ‘Godaan’.
Sumber : http://kisahsufi.wordpress.com/2009/10/31/pertaubatan-seorang-pembunuh/

ReadMore......

Perlunya Belajar Tasawuf dan Memiliki Guru Ruhani Sejati (WaliyyaMursyidda)


Tasawuf pada masa Rasulullah saw, adalah realita tanpa nama, tasawuf saat ini,
adalah nama tanpa realita, kecuali hanya sedikit yang menjalankan realitanya
dalam bimbingan Mursyid Hakiki. Tasawuf bukan membaca buku2 Tasawuf dan mengkaji
dari berbagai teori tasawuf seperti Ibnu Arabi, Syadzili, Qodiri, Mevlevi Rumi
seperti banyak kajian tasawuf diberbagai Masjid saat ini. Itu hanya baru
mempelajari mengenal tasawuf bukan bertasawuf. Sangat berbeda jauh antara
bertasawuf dan mempelajari buku atau hadir dalam ceramah tasawuf jauh, dampak
dan pemahamannya bagai setetes air dibanding samudera. Bertasawuf adalah
melaksanakan dzikir dan mengambil Mursyid dengan berbay’at. Bila ia mendengarkan
ceramah dari Mursyid tasawuf yang Wali Allah, maka ia akan mendapatkan ilmu
sekaligus Hikmah.

Ilmu seperti pesawat terbang yang indah bentuknya. Hikmah seperti Bahan
Bakarnya. Begitu banyak orang yang bangga dengan keindahan ilmunya, tetapi tanpa
bahan bakar hikmah ia tetap didarat tak dapat terbang. Hikmah didapatkan dari
mendengarkan langsung dan bersama Wali Allah, sementara ilmu dari ulama biasa
kadang membebani. Hikmah tak dapat terlupa dan mengingatkan, sementara ilmu ketika
kita sudah tua, maka yang menghancurkan ilmu adalah LUPA ( Hadist Nabi saw).
Hikmah adalah langsung mendengar dan bertemu, karena ada dua macam ilmu. Ilmu
Awroq ( tulisan) dan Ilmu Azwaq (Rasa). Ketika kita mendengar seorang Kekasih
Allah/Wali Allah bicara, maka ilmu rasa yang ditransfer langsung kedalam kalbu
kita. Ketika kita menulis dari ceramah Wali Allah, maka yang semula kita terima
dalam bentuk Hikmah, berubah menjadi Ilmu. Hikmah adalah RASA, pertemuan langsung
dengan Para Wali Allah. Berjamaah dengan wali Allah, bagaikan ibadah 70 tahun,
maka carilah para Wali Allah.Itulah sebabnya Umar ra ketika berencana membunuh Nabi saw dan ketika
berhadapan langsung dengan Nabi saw, maka ia masuk islam. Inilah ilmu Rasa yang
ditransfer melalui tatapan mata, melalui pertemuan langsung, ilmu para Nabi dan
Kekasih Allah, yang merubah benci menjadi cinta. Ada dua macam ilmu, Ilmu yang
dari ucapan ulama biasa dan Ilmu yang sejati ditransfer dengan langsung bicara
dan kemudian ditransfer dari hati ke hati. Ilmu Ulama yang bukan Wali Allah,
ketika kalian mendengarnya kadang ego menolak, karena berasal dari luar. Tetapi
Ilmu Wali Allah bekerja dengan dua cara , dari luar dan dari dalam, dari luar
berupa ucapan, dari dalam berupa ilham ilahiah yg dimasukkan kehati setiap
muridnya. Dan ketika muridnya melakukannya ia merasakan hal itu dari inspirasinya
sendiri sehingga ia ihklas melakukannya tanpa beban sedikitpun. Itulah cara
kerja Wali Allah dalam membersihkan dan membenahi para muridnya.

Seorang siswa kedokteran ahli bedah, tidak bisa menjadi ahli bedah hanya
dengan membaca buku2 tentang ilmu bedah. Seperti orang yang menulis tentang
mabuk tetapi ia sendiri belum pernah merasakan mabuk. Seorang ahli bedah
haruslah telah menjalani praktek bedah, latihan dengan langsung membedah dibawah
bimbingan dokter ahli bedah yang ahli yg telah berkali2 membedah manusia.

Demikian pula tasawuf, ada banyak profesor, DR mendalami tasawuf dan mengajar
tasawuf, tetapi ketika ditanya siapa Mursyidnya, mereka mengatakan tidak
memiliki mursid. Artinya bagaimana seorang penulis tentang jantung bicara
tentang membedah jantung padahal dia bukan dokter ahli jantung, padahal dia
belum pernah melakukan pembedahan? Bagaimana seorang yang belum pernah memiliki
mursyid bicara tentang tasawuf padahal dia belum bertasawuf? Tasawuf adalah
pengalaman rasa, bukan ilmu tulisan. Tasawuf adalah Ilmu Azwaq ( Ilmu Rasa)
bukan ilmu Awroq, Ilmu tulisan. Tasawuf adalah mengambil bay'at dari Mursyid
hakiki dan melaksanakan dzikir yang telah ditetapkan sesuai tariqahnya, dan
menjalankan amalan hanya dengan perintah Syaikh/Mursyid yang Hakiki.

Ada begitu banyak sufi palsu, ada begitu banyak Guru sufi palsu yang hanya
menjelekkan citra sufi. Secara syariah mereka tidak mengerjakan, secara sunah
mereka menjauhi sunah. Tak ada tariqah tanpa syariah, karena seumpama syariah
adalah lilin penerang untuk menjalani jalan tariqah agar tak tersesat dan menuju
hakikat. Imam Malik, Imam Mazhab Maliki mengatakan Syariat tanpa tasawuf adalah
zindik, dan tasawuf tanpa syariat adalah sesat. Jadi muslim sejati harus
memiliki keduanya, untuk mencapai maqam mukmin (memiliki iman yg sejati) dan
mencapai maqam muhsin ( ihsan, dimana ketika solat seolah berhadapan dgn Allah,
Allah selalu melihat kita)

Setiap orang perlu pembimbing ruhani sejati, hanya 124.000 wali disetiap masa
yang merupakan pembimbing sejati. Berdoalah,"Ya Allah kirimkanlah para KekasihMU
untuk membimbing hamba yang lemah ini". Siapa berdoa, maka ia akan mendapat
jawabannya. Siapa yg mencari Mursyid sejati, maka ia akan menemukannya. Tetapi
saat ini setiap orang bangga dengan dirinya, mereka mengatakan gurunya cukup
dengan buku. Padahal ketika mereka secara fisik sakit dan harus menjalani
operasi, mereka bagaikan orang lemah yg setuju harus menandatangani berita acara
operasi. Bahkan tanpa mereka perlu membacanya, karena mereka telah pasrah dengan
penyakitnya.

Tetapi ketika qalbu mereka sakit, ketika hati mereka berkarat, ketika mereka
tak mampu mengalahkan egonya, mereka tetap tak mau mencari obat dari Sang
Pembimbing Ruhani Sejati para Wali Allah. Mereka para Awliya ( Wali-Wali Allah)
tak butuh uang anda, tak butuh pujian, mereka orang yg ikhlas bekerja sepanjang
hari tak kenal lelah tanpa bayaran, cukup Allah dan Rasulullah saw bagi mereka.
Ketika kalian akan menyeberang padang pasir yang tak dikenal, kalian perlukan
penunjuk jalan, agar tak tersesat, agar tahu bahaya yg menanti disetiap langkah,
mungkin badai pasir, binatang buas, ular, pasir yang menelan dsb. Tentu saja
penunjuk jalan itu telah melalui padang pasir itu berkali2 sehingga mengetahui
karakter padang pasir itu.

Demikian juga apakah kalian pikir meniti jalan ruhani jauh lebih mudah
daripada menyebrang padang pasir tak dikenal?. Mereka yang dikuasai ego ,
memerlukan bimbingan guru ruhani sejati yg telah mengalahkan egonya, dan
mengetahui cara memotong tangan2 gurita ego dari korbannya. Setiap orang perlu
mencari Wali Allah sebagai pembimbing, bukan hanya ulama biasa yang terkadang
masih memiliki ego yang tinggi.

Ilmu Ulama biasa dibanding Wali Allah, ilmunya bagai setetes air dari samudera
ilmu wali Allah. Ilmu Wali Allah dibanding ilmu sahabat Nabi saw, bagai setetes
dari samudera ilmu sahabat. Dan ilmu sahabat Nabi dibanding Nabi saw, bagai
setetes dari samudera ilmu Nabi saw. Carilah Wali Sejati yang akan membimbing
kalian, begitu banyak jalan tariqah sufi ini telah ditunjukkan tetapi ego selalu
menolak. Ketika kita akan melangkah kepada yang Haqq, maka seratus setan dalam
bentuk manusia, jin mencegah kalian untuk mendekati yang Haqq. Berjuanglah untuk
mencari yang Haqq. Ada dua kubu dalam islam, Islam yang Penuh Cinta dan Islam
yang penuh kebencian. Hanya jalan CINTA yang nanti akan Allah ridhoi. Hanya
jalan cinta yang merupakan jalan Nabi saw. Mengapa kalian tak megikuti Nabi saw
ketika dihujani batu di Thaif tetapi tetap mendoakan umatnya agar selamat, tanpa
dendam, itulah jalan cinta.

Mengapa kita perlu Mursyid? Imam Ghazali dalam buku Ihya Ulumudin mengatakan
tanpa Mursyid maka mursyid kalian adalah setan. Ya setan bermain dengan ego
kalian, karena kalian selalu akan terhambat mencapai kemajuan spiritual bila tak
memiliki bimbingan. Bahkan untuk belajar matematika saja kalian perlu guru.
Tentu berbeda matematika SD dan Perguruan tinggi. Tentu berbeda islamnya kalian
ketika kecil dan untuk mencapai iman dan ihsan. Untuk mencapainya kalian perlu
mensucikan jiwa kalian, membersihkan dari ego, membersihkan karat hati dari
maksiat. Jalan pintas tercepat adalah memiliki guru para Wali Allah yang penuh
cinta, dialah pembimbing sejati.

Mengapa kalian perlu guru dan bay'at? Karena di Mahsyar nanti meskipun mereka
ahli tahajud, ahli quran, ahli puasa, mereka akan ditanya, Siapa Imam mu? Apa
yang kalian jawab, tak punya Imam, maka kalian akan dibiarkan di mahsyar selama
50.000 tahun dimana sehari sama dengan seribu tahun. Sampai kalian mendapat
syafaat Nabi saw atau ampunan Allah baru kalian diperkenankan masuk surgaNYA.
Itulah sebabnya di Al-Quran dikatakan masukilah rumah melalui pintu2nya. Artinya
mengenal agama ini melalui pintu2nya. Nabi saw mengenal islam melalui Malaikat
Jibril as, Abu Bakar ra mengenal agama melalui Nabi saw, terus hingga tabiin,
tabiit, Imam Mazhab dan sampai kepada Wali Akhir Zaman ini. Merekalah yang perlu
kalian ikuti. Insya Allah siapapun yang mencari dan berdoa, untuk memdapatkan
Pembimbing Sejati Para Kekasih Allah, maka mereka akan mendapatkannya. Amin Ya
Rabbal alamin. Karena Allah selalu menjaga Walinya 124.000 Wali disetiap jaman.,
Mereka adalah manusia yang selalu dijaga Allah.

Wassalam

http://www.perkahwinan.com/index.php?topic=4701.0

ReadMore......